Apa itu Sindrom Burnout Karyawan, Gejala dan Cara Mengatasinya?

Kelangsungan sebuah bisnis bergantung pula pada produktivitas karyawan yang bekerja di dalamnya. Tak jarang manajemen perusahaan langsung mengecap ‘malas’ pada karyawan yang tidak dapat mencapai target kerja yang diberikan padanya. Tentu sangat menyedihkan jika manajemen perusahaan hanya bisa men-judge tanpa berusaha mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya tengah dialami oleh karyawan yang bersangkutan. Alih-alih karena rasa malas, seringkali masalah karyawan yang mengalami penurunan kinerja dan produktivitas ternyata dikarenakan adanya masalah serius yang berhubungan dengan perusahaan, yakni sindrom burnout.
Apa itu Sindrom Burnout Karyawan, Gejala dan Cara Mengatasinya?
Sumber: Fingerspot

Sindrom ini tidak memiliki korelasi dengan kemalasan atau kepribadian seorang karyawan. Sindrom burnout merupakan masalah serius yang justru lebih sering menyerang karyawan yang rajin dan produktif. Jika pihak manajemen perusahaan tidak segera turun tangan untuk menanganinya, maka kelangsungan bisnis akan menjadi taruhannya.

Pengertian Sindrom Burnout

Sindrom burnout adalah keadaan lelah fisik dan psikis yang berakibat pada turunnya minat pada hal yang sedang dikerjakan.

Gejala Sindrom Burnout pada Karyawan

Untuk mengetahui apakah seorang karyawan sedang mengalami sindrom burnout, maka hal ini bisa dengan mudah dilihat pada apa yang tampak di luarnya, yakni:
  • Kurang bersemangat
  • Malas-malasan
  • Sering menguap dan mengantuk
  • Penurunan kuantitas dan kualitas kerja

Penyebab Sindrom Burnout yang Dialami Karyawan

Ketika karyawan menunjukkan satu atau beberapa gejala sindrom burnout seperti pada poin di atas, seringkali manajemen perusahaan langsung menyalahkan karyawan yang bersangkutan karena menganggapnya sebagai masalah personal semata. Sayangnya, banyak perusahaan yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya yang seringkali menjadi penyebab utamanya justru adalah hal-hal yang berkaitan dengan manajemen perusahaan. Seperti data riset yang dipublikasikan oleh Forbes, bahwasanya penyebab utama sindrom burnout yang dialami karyawan adalah :
  • Tugas kerja karyawan yang overload.
  • Lingkungan dan rekan kerja yang toxic.
  • Gaji atau kompensasi yang tidak sebanding dengan beban kerja.
  • Adanya permintaan untuk bekerja lebih cepat daripada sebelumnya.
  • Minimnya pengawasan di tempat kerja.
  • Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Pada penelitian yang sama, Forbes juga mengungkap beberapa fakta bahwa:

  1. Sebanyak 89% karyawan merasakan gejala sindrom burnout, dimana pekerja yang masuk dalam usia Gen Z dan Milenial ternyata mengalami sindrom burnout lebih tinggi dibanding karyawan yang termasuk dalam usia Boomers dan Gen X.
  2. 53% karyawan perempuan merasa tidak nyaman untuk membicarakan sindrom burnout yang dialaminya pada pihak manajemen perusahaan karena khawatir dianggap tidak cakap dalam melaksanakan tugas kerjanya.
  3. 70% karyawan berniat untuk mengundurkan diri dari perusahaan dan mencari tempat kerja lain yang lebih baik untuk mengatasi sindrom burnout yang dialaminya.

Dampak Negatif Sindrom Burnout Karyawan bagi Perusahaan

Jika manajemen perusahaan tidak dapat menerima segala aspirasi dari karyawan termasuk masalah sindrom burnout yang sedang dialami, maka karyawan akan semakin enggan untuk membicarakannya dan memilih resign sebagai jalan terbaiknya. Akibatnya, tingkat turnover atau keluar-masuk karyawan menjadi tinggi dan ini akan menjadi beban tersendiri bagi perusahaan karena harus mencari pengganti karyawan tersebut yang tak hanya menghabiskan banyak waktu dan tenaga, namun juga biaya yang tak sedikit. Masih untung kalau keluarnya secara baik-baik, tapi bisa jadi masalah lebih rumit kalau sampai di-ghosting karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian sebuah lembaga bertajuk Social Market Foundation, karyawan yang sehat secara fisik dan psikis serta bahagia atau dengan kata lain tidak sedang mengalami sindrom burnout memiliki tingkat produktivitas 20% lebih tinggi, terutama bagi karyawan di divisi penjualan akan mampu meningkatkan sebanyak 37% penjualannya.

Cara Tepat Mengatasi Sindrom Burnout pada Karyawan


Bagaimana sebuah bisnis beroperasi ternyata memberikan dampak pada terbentuknya Sindrom burnout yang bisa dialami karyawan. Oleh karenanya, merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan untuk turut mengatasinya.

Jika melihat adanya gejala sindrom burnout pada karyawan maka segeralah melakukan beberapa cara berikut untuk mengatasinya:

1. Jangan Terlena dengan Pencapaian Perusahaan

Pada umumnya perusahaan yang sedang berada di posisi puncak akan merasa bahwa semua hal dalam perusahaannya termasuk hubungannya dengan karyawan sudah tepat, sehingga tidak perlu dievaluasi dan dibenahi. Menurut pandangan para pakar bisnis hal ini justru akan menjadi bom waktu bagi bisnis. Bagaimanapun juga karyawan adalah salah satu aset berharga bagi perusahaan yang harus selalu diperhatikan. Tidak mau kan berakhir pailit seperti perusahaan-perusahaan besar yang tengah bersinar lalu seketika redup dan menghilang. Tetaplah memberi perhatian pada karyawan yang merupakan salah satu penggerak operasional bisnis.

2. Memahami Ketidaksamaan pada Setiap Karyawan

Setiap karyawan adalah individu yang masing-masing bisa jadi memiliki stresor yang berbeda-beda terkait dengan pekerjaannya. Apalagi di masa pandemi yang mengharuskan karyawan untuk bekerja dengan sistem hybrid, dimana sebagian waktu digunakan untuk bekerja dari rumah. Perusahaan tidak bisa semerta-merta memukul rata terkait pencapaian kerja dari setiap karyawannya. Sebaiknya berikan target yang sesuai dengan jabatan dan kondisi karyawan. 

Pahami kondisi karyawan yang berada di lingkungan yang berbeda-beda, mulai dari kondisi demografi yang mempengaruhi dukungan lingkungan sekitar terhadap proses kerja, perbedaan jenis kelamin dimana pada umumnya karyawan wanita lebih banyak memiliki tugas rumah daripada karyawan laki-laki, hingga pengaturan sistem kerja jarak jauh yang diberlakukan. Jika perusahaan tidak memiliki sistem kerja jarak jauh yang baik maka proses kerja akan mengalami banyak hambatan dan ketidaksatuan arah antara manajemen perusahaan dengan karyawan. Dengan demikian, sangat mungkin bagi perusahaan untuk menuntut hasil kerja yang tidak sesuai dengan kesanggupan karyawan.

Pastikan manajemen perusahaan menggunakan aplikasi web Fingerspot.iO untuk memudahkan perusahaan dalam mengatur, memantau, dan memastikan efektivitas kerja setiap karyawan selama melakukan hybrid working. Fingerspot.iO juga dilengkapi App FiO yang bisa di-install secara gratis di ponsel masing-masing kayawan untuk kemudahan, kemanan dan kenyaman dalam bekerja, sehingga perusahaan tidak hilang kendali atas karyawan yang bekerja di mana saja, karyawan juga terhindar dari kemungkinan sindrom burnout akibat adanya operasional bisnis yang tidak memahami kondisi karyawan.

***
Artikel ini kali pertama dipublikasikan pada Sindrom Burnout Karyawan

Posting Komentar untuk " Apa itu Sindrom Burnout Karyawan, Gejala dan Cara Mengatasinya? "